⚖️ IAM vs Traditional Access Control: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Efektif?

Kalau kamu pernah dengar istilah access control atau kontrol akses, kamu mungkin bertanya-tanya — bukankah itu sama saja dengan IAM?

Sama-sama ngatur siapa yang boleh masuk dan ngapain di dalam sistem, kan?

Nah, meskipun keduanya terdengar mirip, IAM (Identity and Access Management) dan Traditional Access Control sebenarnya punya perbedaan besar — terutama dalam cara kerja dan skalanya.

Yuk, kita bahas pelan-pelan biar makin paham.

 

Mengenal Traditional Access Control

Sebelum cloud populer seperti sekarang, sistem keamanan biasanya masih manual dan lokal.

Pengguna diberi akun di server perusahaan, lalu admin menentukan izin aksesnya satu per satu.

Contoh paling sederhana:

Di kantor, cuma staf keuangan yang bisa buka folder “Laporan Keuangan”.

Kalau ada karyawan baru, admin harus menambahkan akunnya dan memberi izin secara manual.

Sistem seperti ini disebut Traditional Access Control, dan biasanya berbasis pada dua model utama:

Discretionary Access Control (DAC): pemilik data yang menentukan siapa yang boleh mengakses.

Mandatory Access Control (MAC): izin ditentukan oleh sistem atau kebijakan keamanan yang ketat.

Keduanya bekerja dengan baik di lingkungan kecil, tapi mulai kewalahan saat jumlah pengguna dan data terus bertambah.

 

Lalu, Apa Itu IAM dan Apa Bedanya?

IAM (Identity and Access Management) adalah versi modern dan otomatis dari sistem kontrol akses.

IAM tidak hanya mengatur siapa yang boleh masuk, tapi juga bagaimana cara masuknya, dari mana, dan sampai kapan.

IAM biasanya terintegrasi dengan sistem cloud seperti AWS, Azure, dan Google Cloud.

Ia menggunakan teknologi seperti:

  • Single Sign-On (SSO) – pengguna cukup login sekali untuk mengakses banyak aplikasi.
  • Multi-Factor Authentication (MFA) – keamanan tambahan dengan kode OTP atau biometrik.
  • Role-Based Access Control (RBAC) – akses diatur berdasarkan peran, bukan individu.
  • Policy Automation – izin dan pembatasan bisa diatur otomatis berdasarkan aturan tertentu.
  • Dengan begitu, IAM jauh lebih fleksibel dan scalable dibanding sistem lama yang masih manual.

 

Perbandingan IAM dan Traditional Access Control

Biar lebih mudah, kita lihat perbandingan keduanya dalam bentuk poin-poin:

Mengapa IAM Lebih Efektif di Era Cloud

Sekarang, hampir semua sistem perusahaan sudah pindah ke cloud.

Artinya, pengguna bisa mengakses data dari mana saja — lewat laptop, HP, atau bahkan API otomatis.

Dengan kondisi seperti itu, Traditional Access Control jadi kurang relevan.

Sistem lama tidak dirancang untuk menangani ribuan pengguna global atau perangkat yang berubah-ubah.

Sementara IAM menawarkan:

  • Akses lintas platform tanpa ribet.
  • Keamanan adaptif yang terus memverifikasi identitas pengguna.
  • Integrasi otomatis dengan berbagai layanan cloud.
  • IAM tidak hanya mengamankan data, tapi juga menjaga agar pengalaman pengguna tetap lancar dan produktif.

 

Tapi, Apakah Traditional Access Control Masih Berguna?

Masih, kok — terutama di sistem lokal atau jaringan internal yang tidak membutuhkan fleksibilitas tinggi.

Misalnya, sistem kasir toko kecil yang hanya diakses dari satu komputer.

Namun, untuk bisnis yang mulai tumbuh dan mengandalkan cloud, IAM jelas pilihan yang lebih bijak.

Ia bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan modern tanpa kehilangan aspek keamanan.

 

Kesimpulan

IAM dan Traditional Access Control sama-sama punya tujuan utama: melindungi sistem dari akses yang tidak sah.

Bedanya, IAM membawa pendekatan yang lebih modern, otomatis, dan terintegrasi dengan cloud.

Kalau sistem lama seperti penjaga pintu gedung kecil, maka IAM adalah sistem keamanan pintar untuk gedung pencakar langit digital — lengkap dengan kamera, sensor, dan akses otomatis.

Jadi, kalau kamu ingin sistem cloud yang aman, fleksibel, dan siap menghadapi tantangan era digital,

IAM adalah jawabannya.