Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir, industri teknologi berkembang sangat cepat. Salah satu tren paling signifikan adalah meningkatnya adopsi Infrastructure as Code (IaC). Banyak perusahaan, mulai dari startup hingga enterprise besar, mulai berpindah dari proses konfigurasi manual ke otomatisasi berbasis kode. Hal ini bukan sekadar tren sementara, tetapi menjadi fondasi penting dalam praktik DevOps modern.
Menurut HashiCorp (dikutip dari laporan State of Cloud Strategy, 2023), lebih dari 70% perusahaan yang sudah menerapkan cloud menjadikan IaC sebagai komponen inti dalam workflow mereka.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat IaC begitu populer dan wajib dipahami oleh para praktisi teknologi?
Apa Itu Infrastructure as Code?
Infrastructure as Code adalah pendekatan pengelolaan infrastruktur menggunakan file konfigurasi atau kode. Alih-alih melakukan setup server secara manual, engineer cukup menulis skrip untuk mengatur server, network, storage, hingga security policy.
Umumnya IaC menggunakan tool seperti:
-
Terraform
-
Ansible
-
Pulumi
-
CloudFormation (AWS)
Dengan IaC, seluruh konfigurasi bisa direplikasi, di-versioning, dan di-deploy secara konsisten.
Mengapa IaC Jadi Tren?
1. Konsistensi Konfigurasi
Konfigurasi manual rawan human-error. Dengan IaC, konfigurasi menjadi repeatable dan dapat direplikasi tanpa terjadi perubahan tak disengaja.
Dalam praktik DevOps, konsistensi ini penting untuk menghindari isu klasik seperti “works on my machine”.
2. Otomatisasi Deployment
IaC memungkinkan deployment infrastruktur hanya dengan satu perintah. Ini mempercepat proses pengembangan dan meminimalkan waktu yang dibutuhkan tim untuk provisioning resource.
Terraform, misalnya, mampu mengelola ratusan resource cloud hanya dari satu file konfigurasi (dikutip dari dokumentasi resmi Terraform).
3. Skalabilitas Lebih Mudah
Ketika workload meningkat, engineer tidak perlu melakukan konfigurasi manual. Cukup mengubah parameter dalam kode, lalu jalankan kembali pipeline untuk melakukan scaling otomatis.
4. Integrasi Kuat dengan CI/CD
IaC sangat cocok diintegrasikan dengan pipeline seperti GitLab CI, GitHub Actions, atau Jenkins.
Dengan demikian, perubahan infrastruktur bisa diuji, ditinjau, dan di-approve melalui proses yang sama seperti perubahan aplikasi.
Jenis-Jenis Infrastructure as Code
Ada dua pendekatan utama:
1. Declarative IaC
Engineer hanya perlu mendeskripsikan state akhir yang diinginkan. Tool akan memutuskan cara terbaik mencapainya.
Contoh: Terraform, CloudFormation.
2. Imperative IaC
Engineer menentukan langkah-langkah spesifik untuk mencapai konfigurasi.
Contoh: Ansible, Puppet.
Keduanya punya kelebihan masing-masing tergantung kebutuhan arsitektur.
Tantangan Dalam Menerapkan IaC
Meski populer, IaC tetap punya tantangan teknis:
-
Manajemen state file (khususnya pada Terraform)
-
Security policy yang harus disisipkan dalam kode
-
Versioning & workflow yang kompleks
-
Kebutuhan skill khusus mengenai arsitektur cloud dan DevOps
Namun, banyak perusahaan menganggap tantangan tersebut sebanding dengan manfaat jangka panjangnya.
Kesimpulan
Infrastructure as Code bukan lagi sekadar tren, tetapi pondasi penting dalam pengelolaan infrastruktur modern. Dengan manfaat seperti otomatisasi, konsistensi, kecepatan deployment, dan integrasi kuat dengan DevOps, IaC menjadi skill wajib bagi engineer masa kini.
Jika kamu ingin membangun karier di DevOps, cloud engineering, atau backend infrastructure, memahami IaC adalah investasi terbaik yang bisa kamu mulai dari sekarang.









