Pengantar
Di era kerja digital saat ini, penggunaan aplikasi dan layanan berbasis internet semakin tidak terbendung. Karyawan dapat dengan mudah mengunduh aplikasi, menggunakan layanan cloud, atau mengakses platform kolaborasi tanpa melalui persetujuan tim IT. Fenomena inilah yang dikenal sebagai Shadow IT — penggunaan teknologi tanpa sepengetahuan atau kontrol resmi organisasi.
Meskipun terlihat praktis, Shadow IT justru menjadi salah satu penyebab meningkatnya risiko kebocoran data dan pelanggaran keamanan informasi di berbagai sektor industri.
Apa Itu Shadow IT?
Shadow IT merujuk pada penggunaan perangkat lunak, aplikasi, atau layanan TI oleh karyawan tanpa persetujuan atau pengawasan dari divisi teknologi informasi perusahaan.
Contoh umum Shadow IT antara lain:
-
Penggunaan Google Drive pribadi untuk menyimpan dokumen kantor
-
Mengirim data kerja melalui aplikasi pesan instan pribadi
-
Menggunakan aplikasi manajemen proyek gratis tanpa enkripsi data
Menurut Gartner, penggunaan Shadow IT terus meningkat seiring adopsi cloud dan kerja jarak jauh (dikutip dari Gartner).
baca juga : Mengapa Segmentasi Jaringan Menjadi Kunci Keamanan Infrastruktur Digital Saat Ini
Mengapa Shadow IT Menjadi Ancaman Serius?
1. Risiko Kebocoran Data Sensitif
Aplikasi tidak resmi sering kali tidak memiliki standar keamanan setara sistem perusahaan. Hal ini membuka peluang kebocoran data pelanggan, data keuangan, hingga informasi strategis bisnis.
Menurut laporan IBM, lebih dari 60% pelanggaran data melibatkan aset TI yang tidak dikelola secara resmi (dikutip dari IBM).
2. Sulit Dipantau dan Dikendalikan
Ketika karyawan menggunakan aplikasi di luar pengawasan tim IT, organisasi kehilangan visibilitas terhadap alur data dan aktivitas pengguna. Hal ini menyulitkan deteksi dini terhadap ancaman siber.
3. Tidak Sesuai Regulasi dan Kepatuhan
Banyak industri diwajibkan mematuhi standar keamanan data seperti ISO 27001 atau regulasi perlindungan data pribadi. Shadow IT dapat menyebabkan pelanggaran kepatuhan yang berdampak hukum.
Sebagaimana dijelaskan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), pengelolaan aset digital menjadi aspek penting dalam menjaga ketahanan siber nasional (dikutip dari BSSN).
baca juga : Di Balik Keamanan Digital Modern: Strategi Cybersecurity yang Relevan di Era Cloud dan AI
Cara Mengurangi Risiko Shadow IT
1. Edukasi Pengguna dan Karyawan
Edukasi menjadi langkah pertama untuk menekan penggunaan aplikasi tidak resmi. Karyawan perlu memahami risiko keamanan dari setiap alat digital yang digunakan.
2. Terapkan Kebijakan Keamanan yang Jelas
Perusahaan perlu memiliki kebijakan tertulis terkait penggunaan perangkat lunak, penyimpanan data, dan akses jaringan.
3. Gunakan Solusi Monitoring dan Kontrol Akses
Penggunaan sistem endpoint management, CASB (Cloud Access Security Broker), dan autentikasi berlapis dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan lebih dini.
Untuk pemahaman lebih lanjut tentang penguatan sistem keamanan digital, pembahasan terkait dapat dibaca pada artikel berikut:
baca juga : Mengapa Autentikasi Berlapis Jadi Pertahanan Utama Melawan Ancaman Siber
Kesimpulan
Shadow IT merupakan tantangan nyata di era transformasi digital. Tanpa pengawasan yang tepat, praktik ini dapat membuka celah keamanan yang serius bagi organisasi. Dengan edukasi, kebijakan yang jelas, serta penerapan teknologi keamanan yang tepat, risiko dari Shadow IT dapat diminimalkan secara signifikan.
Kesadaran dan kolaborasi antara pengguna serta tim IT menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan sistem informasi di era digital.









