Pendahuluan
Dalam dunia keamanan aplikasi dan sistem, salah satu masalah yang sering terjadi adalah eskalasi hak akses. Masalah ini muncul ketika seorang pengguna bisa mengakses sesuatu yang seharusnya tidak menjadi haknya. Eskalasi hak akses terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu horizontal eskalasi dan vertikal eskalasi. Memahami perbedaan keduanya sangat penting, terutama bagi developer, administrator sistem, dan praktisi keamanan.
Apa Itu Eskalasi Hak Akses (Privilege Escalation)
Eskalasi hak akses atau privilege escalation adalah kondisi ketika seorang pengguna berhasil mendapatkan akses lebih dari yang seharusnya diberikan oleh sistem. Hal ini biasanya terjadi karena kontrol akses yang lemah, kesalahan logika aplikasi, atau kurangnya validasi di sisi server. Jika tidak ditangani, eskalasi hak akses bisa menyebabkan kebocoran data atau pengambilalihan sistem.
Pengertian Horizontal Eskalasi
Horizontal eskalasi terjadi ketika seorang pengguna dapat mengakses data atau fungsi milik pengguna lain yang memiliki level hak akses yang sama. Artinya, perannya tidak berubah, tetapi ia bisa melihat atau memodifikasi data orang lain.
Contoh sederhana:
Seorang user biasa dapat melihat atau mengedit profil user lain hanya dengan mengganti user_id di URL atau parameter API.
Dampak dari horizontal eskalasi:
-
Kebocoran data pribadi
-
Penyalahgunaan akun pengguna lain
-
Hilangnya kepercayaan pengguna terhadap aplikasi
Pengertian Vertikal Eskalasi
Vertikal eskalasi terjadi ketika seorang pengguna dengan hak akses rendah berhasil mendapatkan hak akses yang lebih tinggi, seperti menjadi admin atau superuser.
Contoh sederhana:
Seorang user biasa dapat mengakses halaman admin atau menjalankan fungsi khusus admin tanpa izin yang benar.
Dampak dari vertikal eskalasi:
-
Pengambilalihan sistem
-
Perubahan data penting
-
Risiko keamanan yang sangat tinggi
Perbedaan Horizontal dan Vertikal Eskalasi
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada level hak akses yang didapatkan.
-
Horizontal eskalasi:
Akses melebar ke pengguna lain dengan level yang sama. -
Vertikal eskalasi:
Akses naik ke level yang lebih tinggi.
Secara singkat:
-
Horizontal → akses ke data user lain
-
Vertikal → kenaikan peran (misalnya dari user ke admin)
Keduanya sama-sama berbahaya, tetapi vertikal eskalasi biasanya memiliki dampak yang lebih besar.
Contoh Kasus di Aplikasi
Pada kasus horizontal eskalasi, sering ditemukan di API yang tidak memeriksa apakah data yang diminta benar-benar milik pengguna yang sedang login. Misalnya, endpoint /api/user/123 bisa diakses oleh user lain tanpa validasi kepemilikan data.
Pada vertikal eskalasi, masalah sering muncul karena pengecekan role hanya dilakukan di sisi frontend. Akibatnya, user biasa tetap bisa mengakses fitur admin melalui request langsung ke server.
Cara Mencegah Horizontal dan Vertikal Eskalasi
Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah eskalasi hak akses:
-
Selalu lakukan validasi otorisasi di sisi server
-
Terapkan Role-Based Access Control (RBAC)
-
Gunakan prinsip least privilege (hak akses minimum)
-
Lakukan logging dan monitoring aktivitas mencurigakan
-
Rutin melakukan pengujian keamanan seperti pentest dan code review
Hubungan Eskalasi Hak Akses dengan Vulnerability Lain
Eskalasi hak akses sering berkaitan dengan celah keamanan lain seperti:
-
IDOR (Insecure Direct Object Reference)
-
Broken Access Control (OWASP Top 10)
-
Masalah autentikasi dan otorisasi
Biasanya, satu celah kecil bisa menjadi pintu masuk untuk eskalasi yang lebih besar.
Dampak Eskalasi Hak Akses bagi Organisasi
Jika eskalasi hak akses terjadi, organisasi bisa mengalami:
-
Kebocoran data sensitif
-
Kerugian finansial
-
Rusaknya reputasi perusahaan
-
Masalah hukum dan kepatuhan
Karena itu, eskalasi hak akses tidak boleh dianggap masalah sepele.
Kesimpulan
Horizontal dan vertikal eskalasi adalah dua jenis eskalasi hak akses yang sering terjadi dalam sistem dan aplikasi. Horizontal eskalasi memungkinkan akses ke data pengguna lain, sedangkan vertikal eskalasi memungkinkan kenaikan hak akses ke level yang lebih tinggi. Keduanya berbahaya dan harus dicegah dengan kontrol akses yang kuat. Dengan memahami perbedaan ini, pengembang dan praktisi keamanan dapat membangun sistem yang lebih aman sejak awal.









